MAHKOTA AGUNG
KESULTANAN TERNATE BERTUMBUH RAMBUT
Rasno Ahmad, S.Pd
Sebagai
kota Heri tage, Ternate memiliki karakteristik tersendiri sebagai kota tua di
Maluku Utara. Kota tua ini memiliki lika liku perjalanan sejarah panjang di Nusantara. sebab seusianya kurang lebih
VII abad lebih 1250 sampai sekarang tentunya, memiliki peninggalan sejarah benda
pusaka yang cukup banyak. Dalam berbagai situs yang mungkin sudah diteliti para
sejarawan lokal dan pemerhati sejarah di nusantara pada masa kekinian.
Hal ini
ditandai dengan berbagai peninggalan situs bersejarah berupa keraton kesultanan
Ternate (1673), masjid sultan Ternate oleh masyarakat lokal disebut dengan (sigi lamo; 1679), serta Benteng-benteng
peninggalan Portugis diantaranya; Benteng kastela (Nosa Senhora de Rosario), Benteng Orange, Beteng Tolluko, Benteng
Kalamata, Benteng Kota Janji dan lain sebagainya sampai saat ini masih tetap
berdiri kokoh yang kemudian di revitalisasikan oleh dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Ternate.
Dengan
kelika likuannya perjalanan primadona sejarah Ternate yang mendunia di
nusantara ini, namun ada sebuah keunikan tersendiri yang dimiliki dari tanah
Moloku Kie Raha yang patut diangkat dan ketahui dunia sebagai pengembangan
kebudayaan daerah tersebut. Hal serupa yang dimaksudkan adalah sebuah
peninggalan mahkota agung kesultanan Ternate.
Tak
banyak literature ataupun referensi yang menjelaskan tentang kapan dan dimana
Mahkota ini berasal dan dibuat dengan begitu keunikan yang terdapat pada
mahkota tersebut, namun menurut kepercayaan kalangan masyarakat lokal bahwa keberadaannya
sudah sejak pemimpin pertama Kolano Cico alias Baab Masyhur Malamo (1250),
hingga kini kepemimpinan ke 48 kesultanan (H. Mudaffar Sjah) Mahkota Agung ini
pun masih baik dan di rawat oleh pihak kesultanan.
Fenomena ini sempat diteliti di Jakarta
untuk tes DNA namun mengalami kekaburan, begitu pula penelitian yang dilakukan
oleh peneliti amerika serikat pun hanya sampai pada tataran menjelaskan jenis
rambut ini bukan berasal dari manusia ataupun binatang serta mahkota tersebut sangat berharga dan tidak dapat
ditukar dengan nilai uang. Menurut kalangan masyarakat tempatan bahwa rambut
yang terus tumbuh pada mahkota kesultanan tersebut merupakan milik makhluk
halus.
Adapun mitos cerita rakyat “Tujuh Putri” oleh masyarakat lokal yang
mengisahkan awal mula terbentuknya kerajaan di Moloku Kie Raha dengan adanya keberadaan
Mahkota tersebut.
Inilah kisahnya
……
Pada zaman dahulu kala, diketinggian
langit nan biru, turunlah sekumpulan awan yang berwarna warni. Di saat yang
sama dari kejahuan ada seorang umat dimuka bumi ini, yang bernama……… melihat
kejadiaan itu dan berkata “ apa gerangan yang turun dari langit itu, tanda apa
sebenarnya?” maka berjalanlah dia dan mencari tau tanda apa sebenarnya hingga sampailah ditempat itu dan melihat,
ternyata tanda itu adalah tanda tujuh putri turun dari kahyangan untuk mandi di
air………… dia melihat ketujuh putri itu melepas sayapnya masing dan meletakanya
di pinggir air, tergerak hatinya ingin mengambil salah satu sayap itu sambil
menunduk dan melihat – lihat kesana – kemari, perlahan - lahan dia menuju ketempat sayap itu dan
mengambilnya, dan kemudian membawanya untuk disimpan.
Di saat yang sama, ketujuh putri yang
sedang mandi itu mencium bau manusia dunia,
dan baunya semakin dekat” mereka pun bergerak dengan cepat dan
dengan tergesah – gesah untuk menuju
sayap itu, dan mengambilnya lalu masing – masing memakainya, dan salah satu
dari sayap itu tidak ada, ternyata sayap itu kepunyaan putri bungsu, karena
kehilangan sayapnya dia berdiri dan mencarinya, sambil menangis dan berkeliling
- keliling dia cari dan terus mencari, namun tidak juga ditemukan akhirnya dia
sampaikan perihal kehilangan sayapnya kepada kakak – kakaknya, namun mereka
berkata tidak melihat, dan mereka pun ikut mancarinya, mereka mencari kesana
kemari, namun tidak ditemukan juga, lalu keenam putri itu terbang pulang, dan
ketika sampai di tangga pertama mereka balik dan turun ke bumi . karena tidak
tega maninggalkan adiknya sendirian mereka lalu memanggilnya pulang, namun
adiknya berkata “sudah ……! Pulanglah…..!!!” mendengar jawaban itu, mereka pergi
dan terbanglah keenam putri itu namun terlalu sayang dan cinta terhadap adiknya
mereka naik turun sebanyak tiga kali, akhirnya, adiknya berpesan kepada kakak –
kakaknya “sampaikan pesanku ke ayahanda …….!!! Aku tak bisa pulang karena
sayapku hilang….! Dan keenam kakanya itu pun pulang.
Pada saat itu, dari tempat
persembunyianya, keluarlah dia dan mendekati putri yang tinggal sendirian itu,
namun putri itu merajuk dan marah, dia membujuknya, putri masih marah dia tetap membujukanya dan
akhirnya putri itu pun bersedia dan mau menerimanya, mereka berdua hidup
bersama – sama dan di karuniai tiga orang putra masing – masing.
Anak
pertama ; cikal bakal sultan Tidore
Anak
kedua : cikal bakal sultan Jailolo
Anak
ketiga : cikal bakal sulta bacan.
Pada suatu hari, sang suami berkata “
Didalam teluk dilaut sana ikannya banyak sekali” tapi mau tangkap dengan
apa…!!! Mendengar itu, sang istri mengambil sehelai rambutnya lalu membuat
jala, dan memberikan kepada suaminnya untuk pergi menangkap ikan, setelah
kepergian suaminya, sang ibu memberi makan kepada ketiga putra – putranya, lalu
kemudian mandikan putra – putranya satu persatu, dan terakhir mau memandikan
putranya yang ketiga, dia melihat bayangan sayapnya, dalam air mandi itu,
Lalu cepat – cepat dia memandikan putra
ketiganya, dan setelah selesai, sang ibu naik ke atap rumah lalu mengambilnya,
karena memang oleh suaminya, sayap itu di sisipkan di atap rumah, setelah megambilnya, dia turun dan memakainya,
lalu mencoba untuk terbang, namun gagal, kemudian dilepaskan sayap itu, lalu
mengambil kemenyan dan membakarnya, kemudian dengan tangannya sendiri,
mengambil sayap itu dan meletakan di atas kemenyan yang telah terbakar dan
mengeluarkan asap itu,dia mebolak – balik sayap itu, demi menghidupkan kembali
sayapnya, dan setelah selesai dia mamakainya lalu mencoba lagi untuk
terbang….dan berhasil…..namun sang ibu belum pergi, dia memanggil putra –
putranya dan memberikan kedudukanya masing – masing.
Putra pertama atau cikal bakal Sultan
Tidore: mendapat tempat duduk batu Putra kedua atau cikal bakal Sultan Jailolo:
mendapat temapat duduk ginoti(kayu hanyut) Putra ketiga atau cikkal bakal
Sultan Bacan: mendapat tempat duduk age(potongan pohon yang masih tersisah
ditanah) Lalu sang ibu berpesan” kkalau ayah kalian pulang dan mananyakan
tentang ibu, katakan kepadannya …..!!! ibu sudah pulang…… ibu pergi lewat sini
(sambil menunjuk ke atas) lalu sang ibu pun terbang, karena tidak tega melihat
putra ketiganya terlalu menangis sampai sang ibu naik turun sebanyak tiga kali,
akhirnya ditampunglah air susunya lalu diberikan kepada putra yang tertua, dan
berpesan “kalau adikmu menagis….! Berikan air susu ini kepadanya…….!!!” Dan
terbanglah sang ibu kemudian menuju kahyangan.
Jelang beberapa saat kemudian,
pulanglah sang ayah, karena tidak melihat ibu dari putra – putranya, sang ayah
pun bertanya kepada putra yang tertua “ ibu dimana…..!!!” putranya menjawab
“ibu bilang …..!!! ibu telah pulang….ibu pergi lewat sini(sambil menunjuk ke
atas) mendengar jawaban itu langsung menuju ketempat dimana sayap itu disimpan
dan melihat ternyata sayap itu sudah tidak ada di tempatnya, maka menangislah
dia, karena dia tau istrinya benar – benar telah pergi,kemudian sang ayah berpesan
kepada putra yang tertua”jagalah adik-adikmu ayah pergi mencari ibu kalian
sambil menangis, pergilah dia mencari sang istri tercinta, dia berjalan masuk
keluar hutan, dan pada suatu saat dia bertemu dengan seekor burung “GOHEBA”
(burung garuda) ketika melihat dia menangis, sang goheba pun bertanya “ Apa
gerangan yang kamu sedihkan…..? sambil menangis dia mengisahkan perihal
kesedihan hatinya, dan goheba itupun
bersedia mambantunya, lalu berkata kepadanya “Naiklah kepenggungku dan pejamkan
matamu” dia pun turuti semua perintah itu, lalu goheba itu pun terbang,
beberapa saat kemudian, dia pun memebuka matanya, setelah mendapat perintah
dari gaheba, dan saat itu dia sudah berada di kahyangan.
Pada saat itu di kahyangan, raja
kahyangan mencium bau manusia dunia, raja perintahkan kepada kedua pengawalnya
(KABO SE MORINYO) untuk mengecek keberadaan manusia dunia itu, setelah bertemu
bartanyalah kedua pengawal itu dan dia pun manjawab “aku datang untuk mencari
istri ku …..!!!” dan pagawal itu pun menyampaikan hal ihwal itu kepada raja,
dan raja pun berkata “memang istrinya berada di sini, namun ada saratnya: dia
ditugaskan untuk megerjakan tiga persyaratan dan harus selesai tepat waktu.
Pertama
: pisahkan campuran air dengan
minyak
Kedua
: pilih dan pisahkan pasir dengan
futu (sejenis makanan yanh halus dan
berwarna putih).
Ketiga : tebang pohon beringin dengan
pamarah (sejenis pisau cukur zaman dahulu).
Ketiga
persyaratan itu berhasil di laluinya atas bantuan:
Raja
ikan untuk persyaratan pertama
Raja
semut untuk persyaratan kedua
Raja
bua ( semut putih) untuk persyaratan ketiga
Setelah selasai, dia pun di panggil
mengahadap raja, rajapun berkata “nanti besok kamu akan saya nikahkan dengan
anak saya, namun kalau kamu salah menunjuk istri kamu, hukumannya di gantung
dia mendengar semua itu, hatinya sangat sedih dan untuk kesekian kalinya dia
manangis lagi, dalam kesedihan dan kedukaan hatinya tiba – tiba seekor lalat
hijau (gufu sang) terbang lalu bertanya kepadanya: tofa ngana nyinga susah
koa…?(tofa apa gerangan yang kamu sedihkan ?)sambil menangis dia mengisahkan
apa yang dialaminya,karena dia tahu persis ketujuh putri itu wajahnya mirip
semua tidak ada bedanya,dan lalat itupun bersedia membantunya dengan
imbalan,bau busuk dan bau enak dimuka bumi ini semua untuknya,dan lalat itupun
berkata lagi”kalau begitu jadi…!!
Nanti besok kalau kamu melihatku
hinggap diputri mana, itulah istrimu..!!dan besoknya setelah selesai acara izab
Kabul ,dia lalu diantar masuk ke kamar,setibanya di kamar,dia melihat ketujuh
putri itu duduk sangat teratur ditempatnya,dengan berpakaian yang sama,
semuanya sangat mirip satu sama lainnya baik wajah maupun perawakannya,dia
bingung, dia sama sekali tidak mengenal sedikitpun istrinya,dalam
kebinggungannya tiba – tiba dia melihat lalat hijau itu terbang mendekati putri
– putri itu dan akhirnya lalat itu dengan mudah dapat mengenalinya, hanya dari
bau badan yang berbeda dengan putri lainya, karena bau yang khas sebagai
seorang perempuan yang tengah menyusui, dan lalat itu pun meghinggapi salah
satu putri yang berkedudukan di tengah diantara keenam kakak – kakaknya, dan
pada saat yang bersamaan dia langsung mengenal istrinya dan bergegas maju lalu
meletakan tangan di atas kepala (ubun – ubun) istrinya, dan keenam kakak –
kakaknya itu pun turun dari tempat itu dan mangangkat tangan menyanjung ( suba
) kepada meraka berdua.
Mulai saat itu suami istri ini tinggal
di kahyangan hingga di karuniayi seorang putra ( bungsu dari empat bersaudara)
pada suatu hari mereka berdua barpamitan hendak turun kebumi, namun gagal
karena putra mereka selalu menagis lalu kakeknya membujuknya dengan memberikan
semua haknya, namun cucunya tetap saja menagis, lalu kakeknya berkata “ Wahai
cucuku semua sudah aku serahkan, tapi kamu masih menangis… apa yang kamu inginkan
dariku… wahai cucuku yang tesayang ….? Sambil menangis cucunya menunjuk ke
kepala kakeknya, dan sang kakekpun mengerti maksud cucunya dan melepaskan
songkok tua dari kepalanya lalu pasangkan kekepala cucunya,lalu mereka bertiga
kemudian bersama – sama turun ke bumi.
Anak yang turun dari kahyangan itu
beliau adalah sultan ternate, dan mendapat kursi sebagai tempat duduknya. Dan
songkok/peci tua yang oleh kakeknya dipasangkan ke kepala cucunya, itu adalah
STAMPA (Mahkota) sultan ternate.
Berangkat dari mitos cerita rakyat
diatas ialah merupakan suatu kekuatan sejarah sebagaimana di utarakan
Kuntowijoyo bahwa untuk mengkaji sebuah sejarah maka mitoslah sebagai kekuatan
sejarah. hingga kini masyarakat Ternate menyebut Mahkota dengan bahasa daerah
setempat ialah Stampa. Dengan keunikan Mahkota Sultan Ternate merupakan salah
satu peninggalan sejarah yang tidak saja ditumbuhi rambut namun dihiasi dengan
beberapa batu alam dan perhiasan dengan nilai tinggi seperti; emas, perak,
perunggu, permata, intan, batu akik safir dan zamrud.
Hingga kini Mahkota tersebut sangat di
sakralkan oleh masyarakat Ternate dan menjadi tradisi besar yakni acara
memotong rambut Mahkota tersebut, yang biasanya dilakukan upacara adat pada
setiap menjelang hari raya idul adha bersama pencucian benda pusaka lainnya.
Mahkota ini dipakai oleh Sultan pada prosesi pelantikan dan ritual atau acara
adat tertentu saja. Sampai sekarang Mahkota ini disimpan di tempat yang khusus
oleh masyarakat Ternate disebut dengan kamar puji yang terdapat dalam keraton
serta sepotong kayu khusus untuk meletakan Mahkota kayu itu oleh masyarakat
Ternate disebut Qalbu.
Dengan
keunikan Mahkota Agung ini terdapat berbagai macam perhiasan diantara;
1. Bulan sabit
yang ditata dengan 17 (tujuh belas) permata dan 26 (dua puluh enam) batu permata
dari Ceylon/Srilanka.
2. 2 (dua)
Dahengora dari emas yang masing-masing Dahengora ditata dengan 6 (enam) intan
dari Ceylon/Srilanka.
3. 7 (tujuh)
bintang ditata dengan permata (intan).
4. Kembang
matahari bertata permata (intan).
5. 1 (satu)
anting-anting besar permata (intan).
6. 12 (dua belas)
anting-anting bertata 60 (enam puluh) Intan
7. Sebuah batu
permata merah berbentuk bulat besar.
8. 2 (dua) permata
topaz.
9. 80 (delapan
puluh) batu permata.
10. Sebuah kalung
emas berbentuk kipas yang sambung menyambung.
11. Sebuah kalung
emas berbentuk buah belimbing yang sambung menyambung.
12. Sebuah kalung
emas yang tertata 24 (dua puluh empat) intan.
13. Sebuah kalung
emas dari Makassar.
Begitu banyak perhiasan yang menghiasi
Mahkota tersebut oleh masyarakat Ternate bahwa dari sekian banyak perhiasan
yang terdapat pada Mahkota melambangkan banyaknya harta Karun yang terdapat di
tanah Moloku Kie Raha. Dengan kesakralannya Mahkota Agung ini mempunyai andil
besar juga dalam menentukan siapa penerus tahta (kepemimpinan) Sultan
selanjutnya (*).
Sebagai
kota Heri tage, Ternate memiliki karakteristik tersendiri sebagai kota tua di
Maluku Utara. Kota tua ini memiliki lika liku perjalanan sejarah panjang di Nusantara. sebab seusianya kurang lebih
VII abad lebih 1250 sampai sekarang tentunya, memiliki peninggalan sejarah benda
pusaka yang cukup banyak. Dalam berbagai situs yang mungkin sudah diteliti para
sejarawan lokal dan pemerhati sejarah di nusantara pada masa kekinian.
Hal ini
ditandai dengan berbagai peninggalan situs bersejarah berupa keraton kesultanan
Ternate (1673), masjid sultan Ternate oleh masyarakat lokal disebut dengan (sigi lamo; 1679), serta Benteng-benteng
peninggalan Portugis diantaranya; Benteng kastela (Nosa Senhora de Rosario), Benteng Orange, Beteng Tolluko, Benteng
Kalamata, Benteng Kota Janji dan lain sebagainya sampai saat ini masih tetap
berdiri kokoh yang kemudian di revitalisasikan oleh dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Ternate.
Dengan
kelika likuannya perjalanan primadona sejarah Ternate yang mendunia di
nusantara ini, namun ada sebuah keunikan tersendiri yang dimiliki dari tanah
Moloku Kie Raha yang patut diangkat dan ketahui dunia sebagai pengembangan
kebudayaan daerah tersebut. Hal serupa yang dimaksudkan adalah sebuah
peninggalan mahkota agung kesultanan Ternate.
Tak
banyak literature ataupun referensi yang menjelaskan tentang kapan dan dimana
Mahkota ini berasal dan dibuat dengan begitu keunikan yang terdapat pada
mahkota tersebut, namun menurut kepercayaan kalangan masyarakat lokal bahwa keberadaannya
sudah sejak pemimpin pertama Kolano Cico alias Baab Masyhur Malamo (1250),
hingga kini kepemimpinan ke 48 kesultanan (H. Mudaffar Sjah) Mahkota Agung ini
pun masih baik dan di rawat oleh pihak kesultanan.
Fenomena ini sempat diteliti di Jakarta
untuk tes DNA namun mengalami kekaburan, begitu pula penelitian yang dilakukan
oleh peneliti amerika serikat pun hanya sampai pada tataran menjelaskan jenis
rambut ini bukan berasal dari manusia ataupun binatang serta mahkota tersebut sangat berharga dan tidak dapat
ditukar dengan nilai uang. Menurut kalangan masyarakat tempatan bahwa rambut
yang terus tumbuh pada mahkota kesultanan tersebut merupakan milik makhluk
halus.
Adapun mitos cerita rakyat “Tujuh Putri” oleh masyarakat lokal yang
mengisahkan awal mula terbentuknya kerajaan di Moloku Kie Raha dengan adanya keberadaan
Mahkota tersebut.
Inilah kisahnya
……
Pada zaman dahulu kala, diketinggian
langit nan biru, turunlah sekumpulan awan yang berwarna warni. Di saat yang
sama dari kejahuan ada seorang umat dimuka bumi ini, yang bernama……… melihat
kejadiaan itu dan berkata “ apa gerangan yang turun dari langit itu, tanda apa
sebenarnya?” maka berjalanlah dia dan mencari tau tanda apa sebenarnya hingga sampailah ditempat itu dan melihat,
ternyata tanda itu adalah tanda tujuh putri turun dari kahyangan untuk mandi di
air………… dia melihat ketujuh putri itu melepas sayapnya masing dan meletakanya
di pinggir air, tergerak hatinya ingin mengambil salah satu sayap itu sambil
menunduk dan melihat – lihat kesana – kemari, perlahan - lahan dia menuju ketempat sayap itu dan
mengambilnya, dan kemudian membawanya untuk disimpan.
Di saat yang sama, ketujuh putri yang
sedang mandi itu mencium bau manusia dunia,
dan baunya semakin dekat” mereka pun bergerak dengan cepat dan
dengan tergesah – gesah untuk menuju
sayap itu, dan mengambilnya lalu masing – masing memakainya, dan salah satu
dari sayap itu tidak ada, ternyata sayap itu kepunyaan putri bungsu, karena
kehilangan sayapnya dia berdiri dan mencarinya, sambil menangis dan berkeliling
- keliling dia cari dan terus mencari, namun tidak juga ditemukan akhirnya dia
sampaikan perihal kehilangan sayapnya kepada kakak – kakaknya, namun mereka
berkata tidak melihat, dan mereka pun ikut mancarinya, mereka mencari kesana
kemari, namun tidak ditemukan juga, lalu keenam putri itu terbang pulang, dan
ketika sampai di tangga pertama mereka balik dan turun ke bumi . karena tidak
tega maninggalkan adiknya sendirian mereka lalu memanggilnya pulang, namun
adiknya berkata “sudah ……! Pulanglah…..!!!” mendengar jawaban itu, mereka pergi
dan terbanglah keenam putri itu namun terlalu sayang dan cinta terhadap adiknya
mereka naik turun sebanyak tiga kali, akhirnya, adiknya berpesan kepada kakak –
kakaknya “sampaikan pesanku ke ayahanda …….!!! Aku tak bisa pulang karena
sayapku hilang….! Dan keenam kakanya itu pun pulang.
Pada saat itu, dari tempat
persembunyianya, keluarlah dia dan mendekati putri yang tinggal sendirian itu,
namun putri itu merajuk dan marah, dia membujuknya, putri masih marah dia tetap membujukanya dan
akhirnya putri itu pun bersedia dan mau menerimanya, mereka berdua hidup
bersama – sama dan di karuniai tiga orang putra masing – masing.
Anak
pertama ; cikal bakal sultan Tidore
Anak
kedua : cikal bakal sultan Jailolo
Anak
ketiga : cikal bakal sulta bacan.
Pada suatu hari, sang suami berkata “
Didalam teluk dilaut sana ikannya banyak sekali” tapi mau tangkap dengan
apa…!!! Mendengar itu, sang istri mengambil sehelai rambutnya lalu membuat
jala, dan memberikan kepada suaminnya untuk pergi menangkap ikan, setelah
kepergian suaminya, sang ibu memberi makan kepada ketiga putra – putranya, lalu
kemudian mandikan putra – putranya satu persatu, dan terakhir mau memandikan
putranya yang ketiga, dia melihat bayangan sayapnya, dalam air mandi itu,
Lalu cepat – cepat dia memandikan putra
ketiganya, dan setelah selesai, sang ibu naik ke atap rumah lalu mengambilnya,
karena memang oleh suaminya, sayap itu di sisipkan di atap rumah, setelah megambilnya, dia turun dan memakainya,
lalu mencoba untuk terbang, namun gagal, kemudian dilepaskan sayap itu, lalu
mengambil kemenyan dan membakarnya, kemudian dengan tangannya sendiri,
mengambil sayap itu dan meletakan di atas kemenyan yang telah terbakar dan
mengeluarkan asap itu,dia mebolak – balik sayap itu, demi menghidupkan kembali
sayapnya, dan setelah selesai dia mamakainya lalu mencoba lagi untuk
terbang….dan berhasil…..namun sang ibu belum pergi, dia memanggil putra –
putranya dan memberikan kedudukanya masing – masing.
Putra pertama atau cikal bakal Sultan
Tidore: mendapat tempat duduk batu Putra kedua atau cikal bakal Sultan Jailolo:
mendapat temapat duduk ginoti(kayu hanyut) Putra ketiga atau cikkal bakal
Sultan Bacan: mendapat tempat duduk age(potongan pohon yang masih tersisah
ditanah) Lalu sang ibu berpesan” kkalau ayah kalian pulang dan mananyakan
tentang ibu, katakan kepadannya …..!!! ibu sudah pulang…… ibu pergi lewat sini
(sambil menunjuk ke atas) lalu sang ibu pun terbang, karena tidak tega melihat
putra ketiganya terlalu menangis sampai sang ibu naik turun sebanyak tiga kali,
akhirnya ditampunglah air susunya lalu diberikan kepada putra yang tertua, dan
berpesan “kalau adikmu menagis….! Berikan air susu ini kepadanya…….!!!” Dan
terbanglah sang ibu kemudian menuju kahyangan.
Jelang beberapa saat kemudian,
pulanglah sang ayah, karena tidak melihat ibu dari putra – putranya, sang ayah
pun bertanya kepada putra yang tertua “ ibu dimana…..!!!” putranya menjawab
“ibu bilang …..!!! ibu telah pulang….ibu pergi lewat sini(sambil menunjuk ke
atas) mendengar jawaban itu langsung menuju ketempat dimana sayap itu disimpan
dan melihat ternyata sayap itu sudah tidak ada di tempatnya, maka menangislah
dia, karena dia tau istrinya benar – benar telah pergi,kemudian sang ayah berpesan
kepada putra yang tertua”jagalah adik-adikmu ayah pergi mencari ibu kalian
sambil menangis, pergilah dia mencari sang istri tercinta, dia berjalan masuk
keluar hutan, dan pada suatu saat dia bertemu dengan seekor burung “GOHEBA”
(burung garuda) ketika melihat dia menangis, sang goheba pun bertanya “ Apa
gerangan yang kamu sedihkan…..? sambil menangis dia mengisahkan perihal
kesedihan hatinya, dan goheba itupun
bersedia mambantunya, lalu berkata kepadanya “Naiklah kepenggungku dan pejamkan
matamu” dia pun turuti semua perintah itu, lalu goheba itu pun terbang,
beberapa saat kemudian, dia pun memebuka matanya, setelah mendapat perintah
dari gaheba, dan saat itu dia sudah berada di kahyangan.
Pada saat itu di kahyangan, raja
kahyangan mencium bau manusia dunia, raja perintahkan kepada kedua pengawalnya
(KABO SE MORINYO) untuk mengecek keberadaan manusia dunia itu, setelah bertemu
bartanyalah kedua pengawal itu dan dia pun manjawab “aku datang untuk mencari
istri ku …..!!!” dan pagawal itu pun menyampaikan hal ihwal itu kepada raja,
dan raja pun berkata “memang istrinya berada di sini, namun ada saratnya: dia
ditugaskan untuk megerjakan tiga persyaratan dan harus selesai tepat waktu.
Pertama
: pisahkan campuran air dengan
minyak
Kedua
: pilih dan pisahkan pasir dengan
futu (sejenis makanan yanh halus dan
berwarna putih).
Ketiga : tebang pohon beringin dengan
pamarah (sejenis pisau cukur zaman dahulu).
Ketiga
persyaratan itu berhasil di laluinya atas bantuan:
Raja
ikan untuk persyaratan pertama
Raja
semut untuk persyaratan kedua
Raja
bua ( semut putih) untuk persyaratan ketiga
Setelah selasai, dia pun di panggil
mengahadap raja, rajapun berkata “nanti besok kamu akan saya nikahkan dengan
anak saya, namun kalau kamu salah menunjuk istri kamu, hukumannya di gantung
dia mendengar semua itu, hatinya sangat sedih dan untuk kesekian kalinya dia
manangis lagi, dalam kesedihan dan kedukaan hatinya tiba – tiba seekor lalat
hijau (gufu sang) terbang lalu bertanya kepadanya: tofa ngana nyinga susah
koa…?(tofa apa gerangan yang kamu sedihkan ?)sambil menangis dia mengisahkan
apa yang dialaminya,karena dia tahu persis ketujuh putri itu wajahnya mirip
semua tidak ada bedanya,dan lalat itupun bersedia membantunya dengan
imbalan,bau busuk dan bau enak dimuka bumi ini semua untuknya,dan lalat itupun
berkata lagi”kalau begitu jadi…!!
Nanti besok kalau kamu melihatku
hinggap diputri mana, itulah istrimu..!!dan besoknya setelah selesai acara izab
Kabul ,dia lalu diantar masuk ke kamar,setibanya di kamar,dia melihat ketujuh
putri itu duduk sangat teratur ditempatnya,dengan berpakaian yang sama,
semuanya sangat mirip satu sama lainnya baik wajah maupun perawakannya,dia
bingung, dia sama sekali tidak mengenal sedikitpun istrinya,dalam
kebinggungannya tiba – tiba dia melihat lalat hijau itu terbang mendekati putri
– putri itu dan akhirnya lalat itu dengan mudah dapat mengenalinya, hanya dari
bau badan yang berbeda dengan putri lainya, karena bau yang khas sebagai
seorang perempuan yang tengah menyusui, dan lalat itu pun meghinggapi salah
satu putri yang berkedudukan di tengah diantara keenam kakak – kakaknya, dan
pada saat yang bersamaan dia langsung mengenal istrinya dan bergegas maju lalu
meletakan tangan di atas kepala (ubun – ubun) istrinya, dan keenam kakak –
kakaknya itu pun turun dari tempat itu dan mangangkat tangan menyanjung ( suba
) kepada meraka berdua.
Mulai saat itu suami istri ini tinggal
di kahyangan hingga di karuniayi seorang putra ( bungsu dari empat bersaudara)
pada suatu hari mereka berdua barpamitan hendak turun kebumi, namun gagal
karena putra mereka selalu menagis lalu kakeknya membujuknya dengan memberikan
semua haknya, namun cucunya tetap saja menagis, lalu kakeknya berkata “ Wahai
cucuku semua sudah aku serahkan, tapi kamu masih menangis… apa yang kamu inginkan
dariku… wahai cucuku yang tesayang ….? Sambil menangis cucunya menunjuk ke
kepala kakeknya, dan sang kakekpun mengerti maksud cucunya dan melepaskan
songkok tua dari kepalanya lalu pasangkan kekepala cucunya,lalu mereka bertiga
kemudian bersama – sama turun ke bumi.
Anak yang turun dari kahyangan itu
beliau adalah sultan ternate, dan mendapat kursi sebagai tempat duduknya. Dan
songkok/peci tua yang oleh kakeknya dipasangkan ke kepala cucunya, itu adalah
STAMPA (Mahkota) sultan ternate.
Berangkat dari mitos cerita rakyat
diatas ialah merupakan suatu kekuatan sejarah sebagaimana di utarakan
Kuntowijoyo bahwa untuk mengkaji sebuah sejarah maka mitoslah sebagai kekuatan
sejarah. hingga kini masyarakat Ternate menyebut Mahkota dengan bahasa daerah
setempat ialah Stampa. Dengan keunikan Mahkota Sultan Ternate merupakan salah
satu peninggalan sejarah yang tidak saja ditumbuhi rambut namun dihiasi dengan
beberapa batu alam dan perhiasan dengan nilai tinggi seperti; emas, perak,
perunggu, permata, intan, batu akik safir dan zamrud.
Hingga kini Mahkota tersebut sangat di
sakralkan oleh masyarakat Ternate dan menjadi tradisi besar yakni acara
memotong rambut Mahkota tersebut, yang biasanya dilakukan upacara adat pada
setiap menjelang hari raya idul adha bersama pencucian benda pusaka lainnya.
Mahkota ini dipakai oleh Sultan pada prosesi pelantikan dan ritual atau acara
adat tertentu saja. Sampai sekarang Mahkota ini disimpan di tempat yang khusus
oleh masyarakat Ternate disebut dengan kamar puji yang terdapat dalam keraton
serta sepotong kayu khusus untuk meletakan Mahkota kayu itu oleh masyarakat
Ternate disebut Qalbu.
Dengan
keunikan Mahkota Agung ini terdapat berbagai macam perhiasan diantara;
1. Bulan sabit
yang ditata dengan 17 (tujuh belas) permata dan 26 (dua puluh enam) batu permata
dari Ceylon/Srilanka.
2. 2 (dua)
Dahengora dari emas yang masing-masing Dahengora ditata dengan 6 (enam) intan
dari Ceylon/Srilanka.
3. 7 (tujuh)
bintang ditata dengan permata (intan).
4. Kembang
matahari bertata permata (intan).
5. 1 (satu)
anting-anting besar permata (intan).
6. 12 (dua belas)
anting-anting bertata 60 (enam puluh) Intan
7. Sebuah batu
permata merah berbentuk bulat besar.
8. 2 (dua) permata
topaz.
9. 80 (delapan
puluh) batu permata.
10. Sebuah kalung
emas berbentuk kipas yang sambung menyambung.
11. Sebuah kalung
emas berbentuk buah belimbing yang sambung menyambung.
12. Sebuah kalung
emas yang tertata 24 (dua puluh empat) intan.
13. Sebuah kalung
emas dari Makassar.
Begitu banyak perhiasan yang menghiasi
Mahkota tersebut oleh masyarakat Ternate bahwa dari sekian banyak perhiasan
yang terdapat pada Mahkota melambangkan banyaknya harta Karun yang terdapat di
tanah Moloku Kie Raha. Dengan kesakralannya Mahkota Agung ini mempunyai andil
besar juga dalam menentukan siapa penerus tahta (kepemimpinan) Sultan
selanjutnya (*).