MAKIAN DALAM BINGKAI SEJARAH MOLOKU KIE RAHA
Rasno Ahmad, S.Pd
Makian
merupakan salah satu pulau yang berada dalam suatu bingkai keberagaman Moloku
Kie Raha (Maluku Utara) Dalam
perjalanan sejarah Moloku Kie Raha hampir nyaris terlupakan. Padahal pulau makian
juga mempunyai peran terpenting dalam perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di
Moloku kie raha salah satu kerajaan yang dimaksudkan ialah kerajaan Bacan.
Kita
ketahui bersama bahwasanya awal mula kerajaan bacan berbeda dengan Ternate dan
Tidore yang banyak menghiasi rekaman-rekaman kesejarahannya, Bacan tidak
memiliki banyak catatan historis. Sebagaimana yang diungkapkan F. Valentjin,
penulis Oud en Niew Oost Indien (vol.1b),
tidak pernah menulis secara rinci mengenai kerajaan bacan dibandingkan ketika
menulis tentang Ternate atau Tidore. Bahkan ilustrasi Valentjin tentang Makian
dan Jailolo jauh lebih rinci daripada Bacan dalam buku tersebut. Selain itu
pula diperkuat oleh tulisan-tulisan Coolhaas, tulisan P. van der Crab, De Moluksche Eilanden (Batavia, 1862),
turut serta menyumbangkan ide dalam bahan ini.
Hal yang
terpenting diketahui bahwa kedudukan awal Kerajaan Bacan bermula di Makian
Timur, kemudian dipindahkan ke Kasiruta disebabkan karena ancaman gunung berapi
kie besi. Kebanyakan rakyat Bacan merupakan eksudus daripada orang-orang Makian
yang ikut dalam evakuasi rajanya. Menurut perkiaraan, kerajaan Bacan didirikan
pada tahun 1322 sebagaimana diberlangsungkannya pertemuan Moti (Konfederasi Moti verbond 1322).
Berangkat
dari sebuah konsepsi diatas maka perlu kita semua ketahui bersama bahwa pulau
makian pada masa kejayaan Moloku Kie Raha masih sangat popular dengan sebutan MARA. Sebagaimana tertuang dalam kata
tamsilnya terdapat pada kalimat Totike, Todero, Mote, Mara dari
kata-kata inilah dalam penyebutan masyarakat lokal yang berartikan pulau
Ternate, Tidore, Moti dan Makian, makian yang terletak pada selatan jauh dalam
bingkai Moloku kie raha dan berfungsi sebagai serambi Moloku Kie Raha. Catatan
lain berindikasi kuat yang dapat dibuktikan dalam pepatah syairnya yaitu; Kie
Raha Ma Fato-fato Masurabi Kie Mara legenda ini masih membekas hingga
kini masih terdapat di fola raha kecamatan makian pulau.
Pulau
makian bisa dikatakan hanyalah sebuah pulau kecil tetapi sesungguhnya dibalik pulau
kecil ini terdapat kurang lebih enam buah puncak gunung masing-masing puncak
Kie Besi, puncak gunung Sabale, puncak Pawate, gunung Mailoa, gunung Palapa,
gunung Taperi memiliki karakteristik unik dan termasuk gunung aktif dalam
pusaran dataran Halmahera.
Dalam
sejarah lisan (Oral story) telah
meninggalkan mitos atau legenda rakyat bahwa kepemimpinan awal pulau Makian
disebut Soa Dio Tuan (marga yang tertua) mempunyai anak wanita
bernama Putri Tunjung Maboro (tujuh buah butir telur) simbol kasih
sayang. Pada masa itupun rakyat masih sedikit yang terbagi dalam tiga soan
yaitu Soan Tenai, Soan Tate dan Soan Bangsa. Dengan perkembangannya ada seorang
yang datang dari jauh, negeri Baghdad bernama Syeh Muhammad Arsyad pertama kali menginjakan kakinya dipantai yang
disebut paka-paka yang ditandai dengan adanya pohon beringin ditepi laut oleh
masyarakat Makian dikenal dengan sebutan Yayoan Daio (Tanjung beringin) yang terdapat di desa Ngofa Kiaha kecamatan
Makian pulau.
Ulama ini
memperkenalkan agama islam kepada masyarakat dan masyarakat pun menerima sesampai
pula ulama ini pun menikah dengan putri penguasa setempat yang bernama Putri
Tunjung Maboro, dari hasil pernikahannya mendapati empat keturunan
masing-masing mereka diantaranya, putra pertama digelar dengan Seribu Masalah
kemudian diangkat sebagai sultan pertama di Makian, kedua Pattih Simaun
diangkat menjadi perdana menteri, ketiga Joki Lias diangkat menjadi Hukum
Minangkabau dan keempat Jou Tanga Tengo menjadi kalem pertama di Kie Besi.
Dengan
terbentuknya sistem pemerintahan yang kokoh keempat putera ini membentuk
pemerintahan islam pertama yang dikenal dengan nama Soan Phot Lo Um Marsaoly (Empat marga besar yang dikepalai oleh
Marsaoly) bekas peninggalan awal pada masa ini adalah Qur’an Tua, Selendang Yang
Bertuliskan Dengan Tulisan Arab, Dua Buah Batu Permata, Sebuah Shopa Perak.
Perjalanan estalase sejarah selanjutnya berdatangan dua orang saudagar asal
arab yang bernama Syeh Yakub dan Hafel Basra tiba dipulau makian dengan
melalui rute Ternate dan Tidore, kedatangan mereka untuk mencari leluhur yang
pertama kali datang Syeh Muhammad Arsyad
yang sudah meninggal dunia dan dikebumikan diatas puncak gunung Kie Besi
selanjutnya mereka berdua pun menyebarkan islam di pulau ini.
Setelah
mereka berdua diterima oleh penguasa saat itu lalu Pemerintahan wilayah dibagi
menjadi dua bagian yaitu Makian Dalam dan
Makian Luar juga disebut sebut
wilayah Solimongo dan Kie Besi. Pemerintahan sebelumnya
dikenal dengan penyebutan yaitu Soan Phot Lo Um Marsaoly kemudian dilengkapi
oleh kedua ulama ini dengan penyebutan Um
Phot Lo Um artinya Empat rumah Imam besar. Pada masa ini pulau Kie Besi
sudah menjadi panggilan Taba yang
dipopulerkan oleh kedua ulama ini Wilayah Makian Luar yang berbatasan antara
Sabale dan Malapa.
Dalam
perjanan sejarah lokal terbentuknya Moloku Kie Raha marga pulau ini memiliki
peranan penting baik dalam strategi pertahanan, keamanan Angkatan Laut
merupakan utusan terpercaya dalam kerajaan Moloku Kie Raha yang dikenal dengan
sebutan Susaha Raha (Empat utusan terpercaya). Dalam armada
angkatan laut pulau Mara terbagi kedalam ;
1. PELERI, asal kata dari Pele Se Riri negeri ini didiami oleh soa Marsaoly,
Tomagola, Minangkabau dan Soa Jawa, utusan armada ini berhubungan dengan
kerajaan Gapi di Ternate.
2. MAILOA, asal kata dari Mai Siloa wiayah armada ini berhubungan dengan
utusan dari kesultanan Bacan.
3. Armada TOFASOHO, utusan
ini berhubungan dengan kesultanan Jailolo.
4. NGOFA GITA, yang artinya Anak angkat armada
ini berhubungan dengan kesultanan Tidore.
Ekspedisi
Susaha Raha mempunyai peran besar yang di pimpin oleh Sangaji Mayor atau
Sangaji Ngofa kiaha dengan perahu kora-koranya berjumlah 12 (dua belas), adapun
pusat armada Moloku Kie Raha berpusat pada pulau Maitara yang merupakan
pangkalan armada Susaha Raha yang berasal dari pulau Makian tersebut.
Sehingga
terdapat legenda atau cerita rakyat bahwasanya Maitara berasal dari MARA-TARA
(utusan-utusan armada telah datang) dengan penyebutan masyarakat lokal bahwa Kore sara lofo-lofo (Maitara) sedangkan Kore sara gudu-gudu yang berimplikasi pada (Makian) atau dalam
penyebutan lain disebut dengan selatan dekat dan selatan jauh dalam bingkai
Moloku Kie Raha.
Namun dalam
sejarah perluasan wilayah taklukannya mencapai daerah Koreh, Timor Leste,
Flores, Bima dan wilayah selatan Timur lainnya. Sedangkan pusat armada utara
dekat atau Kore mie lofo-lofo terdapat di Pulau Hiri sedangkan Utara jauh Kore mie gudu-gudu berpusat di Gam
Konora. Armada Utara disebut Ao Raha (Empat daun pintu papan). Di pimpin oleh
Sangaji Gam Konora dan dibantu oleh Jogugu Loloda. Wilayah taklukan armada ini
melalui operasi badai Utara mencapai daerah sanger talaud, sebagian daerah
Philipina Mindanau, Sulawesi dan Kalimantan.
Adapun
Tekhnologi pembuatan armada ini pada masa itu biasanya dipesan didaerah Tobelo,
Galela dan Kao yang terdapat di Halmahera Utara. Dalam konteks kekinian apa pun
bentuknya Pulau Makian mempunyai Primadona sejarah yang unik dan meninggalkan
jejak-jejak sejarah yang gemilang dalam bingkai peradaban Moloku Kie Raha (*).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar