Rabu, 17 Agustus 2016

MAKIAN DALAM BINGKAI SEJARAH MOLOKU KIE RAHA
Rasno Ahmad, S.Pd
Makian merupakan salah satu pulau yang berada dalam suatu bingkai keberagaman Moloku Kie Raha (Maluku Utara) Dalam perjalanan sejarah Moloku Kie Raha hampir nyaris terlupakan. Padahal pulau makian juga mempunyai peran terpenting dalam perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Moloku kie raha salah satu kerajaan yang dimaksudkan ialah kerajaan Bacan.

Kita ketahui bersama bahwasanya awal mula kerajaan bacan berbeda dengan Ternate dan Tidore yang banyak menghiasi rekaman-rekaman kesejarahannya, Bacan tidak memiliki banyak catatan historis. Sebagaimana yang diungkapkan F. Valentjin, penulis Oud en Niew Oost Indien (vol.1b), tidak pernah menulis secara rinci mengenai kerajaan bacan dibandingkan ketika menulis tentang Ternate atau Tidore. Bahkan ilustrasi Valentjin tentang Makian dan Jailolo jauh lebih rinci daripada Bacan dalam buku tersebut. Selain itu pula diperkuat oleh tulisan-tulisan Coolhaas, tulisan P. van der Crab, De Moluksche Eilanden (Batavia, 1862), turut serta menyumbangkan ide dalam bahan ini.

Hal yang terpenting diketahui bahwa kedudukan awal Kerajaan Bacan bermula di Makian Timur, kemudian dipindahkan ke Kasiruta disebabkan karena ancaman gunung berapi kie besi. Kebanyakan rakyat Bacan merupakan eksudus daripada orang-orang Makian yang ikut dalam evakuasi rajanya. Menurut perkiaraan, kerajaan Bacan didirikan pada tahun 1322 sebagaimana diberlangsungkannya pertemuan Moti (Konfederasi Moti verbond 1322).

Berangkat dari sebuah konsepsi diatas maka perlu kita semua ketahui bersama bahwa pulau makian pada masa kejayaan Moloku Kie Raha masih sangat popular dengan sebutan MARA. Sebagaimana tertuang dalam kata tamsilnya terdapat pada kalimat Totike, Todero, Mote, Mara dari kata-kata inilah dalam penyebutan masyarakat lokal yang berartikan pulau Ternate, Tidore, Moti dan Makian, makian yang terletak pada selatan jauh dalam bingkai Moloku kie raha dan berfungsi sebagai serambi Moloku Kie Raha. Catatan lain berindikasi kuat yang dapat dibuktikan dalam pepatah syairnya yaitu; Kie Raha Ma Fato-fato Masurabi Kie Mara legenda ini masih membekas hingga kini masih terdapat di fola raha kecamatan makian pulau.

Pulau makian bisa dikatakan hanyalah sebuah pulau kecil tetapi sesungguhnya dibalik pulau kecil ini terdapat kurang lebih enam buah puncak gunung masing-masing puncak Kie Besi, puncak gunung Sabale, puncak Pawate, gunung Mailoa, gunung Palapa, gunung Taperi memiliki karakteristik unik dan termasuk gunung aktif dalam pusaran dataran Halmahera.

Dalam sejarah lisan (Oral story) telah meninggalkan mitos atau legenda rakyat bahwa kepemimpinan awal pulau Makian disebut Soa Dio Tuan (marga yang tertua) mempunyai anak wanita bernama Putri Tunjung Maboro (tujuh buah butir telur) simbol kasih sayang. Pada masa itupun rakyat masih sedikit yang terbagi dalam tiga soan yaitu Soan Tenai, Soan Tate dan Soan Bangsa. Dengan perkembangannya ada seorang yang datang dari jauh, negeri Baghdad bernama Syeh Muhammad Arsyad pertama kali menginjakan kakinya dipantai yang disebut paka-paka yang ditandai dengan adanya pohon beringin ditepi laut oleh masyarakat Makian dikenal dengan sebutan Yayoan Daio (Tanjung beringin) yang terdapat di desa Ngofa Kiaha kecamatan Makian pulau.

Ulama ini memperkenalkan agama islam kepada masyarakat dan masyarakat pun menerima sesampai pula ulama ini pun menikah dengan putri penguasa setempat yang bernama Putri Tunjung Maboro, dari hasil pernikahannya mendapati empat keturunan masing-masing mereka diantaranya, putra pertama digelar dengan Seribu Masalah kemudian diangkat sebagai sultan pertama di Makian, kedua Pattih Simaun diangkat menjadi perdana menteri, ketiga Joki Lias diangkat menjadi Hukum Minangkabau dan keempat Jou Tanga Tengo menjadi kalem pertama di Kie Besi.

Dengan terbentuknya sistem pemerintahan yang kokoh keempat putera ini membentuk pemerintahan islam pertama yang dikenal dengan nama Soan Phot Lo Um Marsaoly (Empat marga besar yang dikepalai oleh Marsaoly) bekas peninggalan awal pada masa ini adalah Qur’an Tua, Selendang Yang Bertuliskan Dengan Tulisan Arab, Dua Buah Batu Permata, Sebuah Shopa Perak. Perjalanan estalase sejarah selanjutnya berdatangan dua orang saudagar asal arab yang bernama Syeh Yakub dan Hafel Basra tiba dipulau makian dengan melalui rute Ternate dan Tidore, kedatangan mereka untuk mencari leluhur yang pertama kali datang Syeh Muhammad Arsyad yang sudah meninggal dunia dan dikebumikan diatas puncak gunung Kie Besi selanjutnya mereka berdua pun menyebarkan islam di pulau ini.

Setelah mereka berdua diterima oleh penguasa saat itu lalu Pemerintahan wilayah dibagi menjadi dua bagian yaitu Makian Dalam dan Makian Luar juga disebut sebut wilayah Solimongo dan Kie Besi. Pemerintahan sebelumnya dikenal dengan penyebutan yaitu Soan Phot Lo Um Marsaoly kemudian dilengkapi oleh kedua ulama ini dengan penyebutan Um Phot Lo Um artinya Empat rumah Imam besar. Pada masa ini pulau Kie Besi sudah menjadi panggilan Taba yang dipopulerkan oleh kedua ulama ini Wilayah Makian Luar yang berbatasan antara Sabale dan Malapa.

Dalam perjanan sejarah lokal terbentuknya Moloku Kie Raha marga pulau ini memiliki peranan penting baik dalam strategi pertahanan, keamanan Angkatan Laut merupakan utusan terpercaya dalam kerajaan Moloku Kie Raha yang dikenal dengan sebutan Susaha Raha (Empat utusan terpercaya). Dalam armada angkatan laut pulau Mara terbagi kedalam ;

1.     PELERI, asal kata dari Pele Se Riri  negeri ini didiami oleh soa Marsaoly, Tomagola, Minangkabau dan Soa Jawa, utusan armada ini berhubungan dengan kerajaan Gapi di Ternate.

2.    MAILOA, asal kata dari Mai Siloa  wiayah armada ini berhubungan dengan utusan dari kesultanan Bacan.

3.    Armada TOFASOHO, utusan ini berhubungan dengan kesultanan Jailolo.

4.    NGOFA GITA, yang artinya Anak angkat armada ini berhubungan dengan kesultanan Tidore.       

Ekspedisi Susaha Raha mempunyai peran besar yang di pimpin oleh Sangaji Mayor atau Sangaji Ngofa kiaha dengan perahu kora-koranya berjumlah 12 (dua belas), adapun pusat armada Moloku Kie Raha berpusat pada pulau Maitara  yang merupakan pangkalan armada Susaha Raha yang berasal dari pulau Makian tersebut.

Sehingga terdapat legenda atau cerita rakyat bahwasanya Maitara berasal dari MARA-TARA (utusan-utusan armada telah datang) dengan penyebutan masyarakat lokal bahwa Kore sara lofo-lofo (Maitara) sedangkan Kore sara gudu-gudu yang berimplikasi pada (Makian) atau dalam penyebutan lain disebut dengan selatan dekat dan selatan jauh dalam bingkai Moloku Kie Raha.

Namun dalam sejarah perluasan wilayah taklukannya mencapai daerah Koreh, Timor Leste, Flores, Bima dan wilayah selatan Timur lainnya. Sedangkan pusat armada utara dekat atau Kore mie lofo-lofo  terdapat di Pulau Hiri sedangkan Utara jauh Kore mie gudu-gudu berpusat di Gam Konora. Armada Utara disebut Ao Raha (Empat daun pintu papan). Di pimpin oleh Sangaji Gam Konora dan dibantu oleh Jogugu Loloda. Wilayah taklukan armada ini melalui operasi badai Utara mencapai daerah sanger talaud, sebagian daerah Philipina Mindanau, Sulawesi dan Kalimantan.

Adapun Tekhnologi pembuatan armada ini pada masa itu biasanya dipesan didaerah Tobelo, Galela dan Kao yang terdapat di Halmahera Utara. Dalam konteks kekinian apa pun bentuknya Pulau Makian mempunyai Primadona sejarah yang unik dan meninggalkan jejak-jejak sejarah yang gemilang dalam bingkai peradaban Moloku Kie Raha (*).



 


            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar