LEGENDA TARIAN TUJUH PUTRI
YANG MENGISAHKAN SEJARAH EMPAT SULTAN DI MOLOKO KIE RAHA
Inilah kisahnya ……
Pada zaman dahulu kala, diketinggian langit nan biru,
turunlah sekumpulan awan yang berwarna warni.
Di saat yang sama dari kejahuan ada seorang umat dimuka
bumi ini, yang bernama………melihat kejadiaan itu dan berkata “ apa gerangan yang
turun dari langit itu, tanda apa sebenarnya?” maka berjalanlah dia dan mencari
tau tanda apa sebenarnya hingga
sampailah ditempat itu dan melihat, ternyata tanda itu adalah tanda tujuh putri
turun dari kahyangan untuk mandi di air………… dia melihat ketujuh putri itu
melepas sayapnya masing dan meletakanya di pinggir air, tergerak hatinya ingin
mengambil salah satu sayap itu sambil menunduk dan melihat – lihat kesana –
kemari, perlahan - lahan dia menuju
ketempat sayap itu dan mengambilnya, dan kemudian membawanya untuk disimpan.
Di saat yang sama, ketujuh putri yang sedang mandi itu
mencium bau manusia dunia, dan baunya
semakin dekat” mereka pun bergerak dengan cepat dan dengan tergesah – gesah untuk menuju sayap itu, dan
mengambilnya lalu masing – masing memakainya, dan salah satu dari sayap itu
tidak ada, ternyata sayap itu kepunyaan putri bungsu, karena kehilangan
sayapnya dia berdiri dan mencarinya, sambil menangis dan berkeliling - keliling
dia cari dan terus mencari, namun tidak juga ditemukan akhirnya dia sampaikan
perihal kehilangan sayapnya kepada kakak – kakaknya, namun mereka berkata tidak
melihat, dan mereka pun ikut mancarinya, mereka mencari kesana kemari, namun
tidak ditemukan juga, lalu keenam putri itu terbang pulang, dan ketika sampai
di tangga pertama mereka balik dan turun ke bumi . karena tidak tega
maninggalkan adiknya sendirian mereka lalu memanggilnya pulang, namun adiknya
berkata “sudah ……! Pulanglah…..!!!” mendengar jawaban itu, mereka pergi dan
terbanglah keenam putri itu namun terlalu sayang dan cinta terhadap adiknya
mereka naik turun sebanyak tiga kali, akhirnya, adiknya berpesan kepada kakak –
kakaknya “sampaikan pesanku ke ayahanda …….!!! Aku tak bisa pulang karena
sayapku hilang….! Dan keenam kakanya itu pun pulang.
Pada saat itu, dari tempat persembunyianya, keluarlah dia
dan mendekati putri yang tinggal sendirian itu, namun putri itu merajuk dan
marah, dia membujuknya, putri masih marah
dia tetap membujukanya dan akhirnya putri itu pun bersedia dan mau menerimanya,
mereka berdua hidup bersama – sama dan di karuniai tiga orang putra masing –
masing.
Anak pertama ;
cikal bakal sultan Tidore
Anak kedua :
cikal bakal sultan Jailolo
Anak ketiga :
cikal bakal sulta bacan.
Pada suatu hari, sang suami berkata “ Didalam teluk
dilaut sana
ikannya banyak sekali” tapi mau tangkap dengan apa…!!! Mendengar itu, sang
istri mengambil sehelai rambutnya lalu membuat jala, dan memberikan kepada
suaminnya untuk pergi menangkap ikan, setelah kepergian suaminya, sang ibu memberi
makan kepada ketiga putra – putranya, lalu kemudian mandikan putra – putranya
satu persatu, dan terakhir mau memandikan putranya yang ketiga, dia melihat bayangan
sayapnya, dalam air mandi itu,
Lalu cepat – cepat dia memandikan putra ketiganya, dan
setelah selesai, sang ibu naik ke atap rumah lalu mengambilnya, karena memang
oleh suaminya, sayap itu di sisipkan di atap rumah, setelah megambilnya, dia turun dan memakainya,
lalu mencoba untuk terbang, namun gagal, kemudian dilepaskan sayap itu, lalu
mengambil kemenyan dan membakarnya, kemudian dengan tangannya sendiri, mengambil
sayap itu dan meletakan di atas kemenyan yang telah terbakar dan mengeluarkan
asap itu,dia mebolak – balik sayap itu, demi menghidupkan kembali sayapnya, dan
setelah selesai dia mamakainya lalu mencoba lagi untuk terbang….dan
berhasil…..namun sang ibu belum pergi, dia memanggil putra – putranya dan
memberikan kedudukanya masing – masing.
Putra pertama atau cikal bakal Sultan Tidore: mendapat
tempat duduk batu
Putra kedua atau cikal bakal Sultan Jailolo: mendapat
temapat duduk ginoti(kayu hanyut)
Putra ketiga atau cikkal bakal Sultan Bacan: mendapat tempat
duduk age(potongan pohon yang masih tersisah ditanah) Lalu sang ibu berpesan” kkalau
ayah kalian pulang dan mananyakan tentang ibu, katakan kepadannya …..!!! ibu
sudah pulang…… ibu pergi lewat sini (sambil menunjuk ke atas) lalu sang ibu pun
terbang, karena tidak tega melihat putra ketiganya terlalu menangis sampai sang
ibu naik turun sebanyak tiga kali, akhirnya ditampunglah air susunya lalu
diberikan kepada putra yang tertua, dan berpesan “kalau adikmu menagis….!
Berikan air susu ini kepadanya…….!!!” Dan terbanglah sang ibu kemudian menuju
kahyangan.
Jelang beberapa saat kemudian, pulanglah sang ayah,
karena tidak melihat ibu dari putra – putranya, sang ayah pun bertanya kepada
putra yang tertua “ ibu dimana…..!!!” putranya menjawab “ibu bilang …..!!! ibu
telah pulang….ibu pergi lewat sini(sambil menunjuk ke atas) mendengar jawaban
itu langsung menuju ketempat dimana sayap itu disimpan dan melihat ternyata
sayap itu sudah tidak ada di tempatnya, maka menangislah dia, karena dia tau
istrinya benar – benar telah pergi,kemudian sang ayah berpesan kepada putra
yang tertua”jagalah adik-adikmu ayah pergi mencari ibu kalian sambil menangis,
pergilah dia mencari sang istri tercinta, dia berjalan masuk keluar hutan, dan
pada suatu saat dia bertemu dengan seekor burung “GOHEBA” (burung garuda) ketika
melihat dia menangis, sang goheba pun bertanya “ Apa gerangan yang kamu
sedihkan…..? sambil menangis dia mengisahkan perihal kesedihan hatinya, dan goheba itupun bersedia mambantunya, lalu
berkata kepadanya “Naiklah kepenggungku dan pejamkan matamu” dia pun turuti
semua perintah itu, lalu goheba itu pun terbang, beberapa saat kemudian, dia
pun memebuka matanya, setelah mendapat perintah dari gaheba, dan saat itu dia
sudah berada di kahyangan.
Pada saat itu di kahyangan, raja kahyangan mencium bau
manusia dunia, raja perintahkan kepada kedua pengawalnya (KABO SE MORINYO)
untuk mengecek keberadaan manusia dunia itu, setelah bertemu bartanyalah kedua
pengawal itu dan dia pun manjawab “aku datang untuk mencari istri ku …..!!!”
dan pagawal itu pun menyampaikan hal ihwal itu kepada raja, dan raja pun
berkata “memang istrinya berada di sini, namun ada saratnya: dia ditugaskan
untuk megerjakan tiga persyaratan dan harus selesai tepat waktu
Pertama : pisahkan campuran air dengan minyak
Kedua : pilih dan pisahkan pasir dengan futu (sejenis
makanan yanh halus dan berwarna putih)
Ketiga :
tebang pohon beringin dengan pamarah (sejenis pisau cukur zaman dahulu)
Ketiga persyaratan itu berhasil di laluinya atas bantuan:
Raja ikan untuk persyaratan pertama
Raja semut untuk persyaratan kedua
Raja bua ( semut putih) untuk persyaratan ketiga
Setelah selasai, dia pun di panggil mengahadap raja,
rajapun berkata “nanti besok kamu akan saya nikahkan dengan anak saya, namun
kalau kamu salah menunjuk istri kamu, hukumannya di gantung dia mendengar semua
itu, hatinya sangat sedih dan untuk kesekian kalinya dia manangis lagi, dalam
kesedihan dan kedukaan hatinya tiba – tiba seekor lalat hijau (gufu sang)
terbang lalu bertanya kepadanya: tofa ngana nyinga susah koa…?(tofa apa
gerangan yang kamu sedihkan ?)sambil menangis dia mengisahkan apa yang
dialaminya,karena dia tahu persis ketujuh putri itu wajahnya mirip semua tidak
ada bedanya,dan lalat itupun bersedia membantunya dengan imbalan,bau busuk dan
bau enak dimuka bumi ini semua untuknya,dan lalat itupun berkata lagi”kalau
begitu jadi…!!
Nanti besok kalau
kamu melihatku hinggap diputri mana,itulah istrimu..!!dan besoknya setelah
selesai acara izab Kabul ,dia lalu diantar masuk ke kamar,setibanya di
kamar,dia melihat ketujuh putri itu duduk sangat teratur ditempatnya,dengan
berpakaian yang sama, semuanya sangat mirip satu sama lainnya baik wajah maupun
perawakannya,dia bingung, dia sama sekali tidak mengenal sedikitpun
istrinya,dalam kebinggungannya tiba – tiba dia melihat lalat hijau itu terbang
mendekati putri – putri itu dan akhirnya lalat itu dengan mudah dapat
mengenalinya, hanya dari bau badan yang berbeda dengan putri lainya, karena bau
yang khas sebagai seorang perempuan yang tengah menyusui, dan lalat itu pun
meghinggapi salah satu putri yang berkedudukan di tengah diantara keenam kakak
– kakaknya, dan pada saat yang bersamaan dia langsung mengenal istrinya dan
bergegas maju lalu meletakan tangan di atas kepala (ubun – ubun) istrinya, dan
keenam kakak – kakaknya itu pun turun dari tempat itu dan mangangkat tangan
menyanjung ( suba ) kepada meraka berdua.
Mulai saat itu suami istri ini tinggal di kahyangan
hingga di karuniayi seorang putra ( bungsu dari empat bersaudara) pada suatu
hari mereka berdua barpamitan hendak turun kebumi, namun gagal karena putra
mereka selalu menagis lalu kakeknya membujuknya dengan memberikan semua haknya,
namun cucunya tetap saja menagis, lalu kakeknya berkata “ Wahai cucuku semua
sudah aku serahkan, tapi kamu masih
menangis… apa yang kamu inginkan dariku… wahai cucuku
yang tesayang ….? Sambil menangis cucunya menunjuk ke kepala kakeknya, dan sang
kakekpun mengerti maksud cucunya dan melepaskan songkok tua dari kepalanya lalu
pasangkan kekepala cucunya,lalu mereka bertiga kemudian bersama – sama turun ke
bumi.
Anak yang turun dari kahyangan itu beliau adalah sultan
ternate, dan mendapat kursi sebagai tempat duduknya. Dan songkok tua yang oleh
kakeknya dipasangkan ke kepala cucunya, itu adalah STAMPAL (Mahkota) sultan
ternate.
"SYUKUR DOFU-DOFU"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar